Kembalinya Pendekar Rajawali 33
Meski kini berhalangan, tidak nanti ia mau
terima dihina sembarang orang, Ketika dilihatnya tangan jago Mongol yang kasar
hitam berbulu itu mengulur tiba, mendadak lengan bajunya mengebas ke atas, ia
tutupi lengannya dengan kain baju itu, menyusul mana ia cekal sekalian tangan
orang terus disengkelit ke samping, maka terdengarlah suara gedebukan keras,
tubuh jago Mongol yang gede itu telah “terbang” keluar melalui jendela dan
terbanting ke tengah jalan umum hingga setengah mampus.
Kiranya pembawaan Oey Yong suka kebersihan ia
tak sudi tangannya yang putih bersih itu tersentuh tangan orang yang kasar
hitam, maka dengan lengan baju ia bungkus dulu lengan sendiri baru banting
orang ke bawah loteng.
Para tamu restoran itu tadinya mendengarkan
percakapan mereka yang berlangsung sopan beraturan, maka tiada yang ambil
perhatian, siapa tahu mendadak lantas saling labrak, keruan seketika suasana
kacau baIau.
“Ha, sungguh hebat kepandaian Oey-pangcu !”
jengek Kim-lun Hoat-ong.
Habis ini ia tirukan jago Mongol tadi, dengan
langkah lebar iapun maju hendak tarik tangan Oey Yong.
Oey Yong tahu orang sengaja hendak pamer
kepandaian, meski suatu gerakan yang sama, namun hendak membantingnya seperti
Busu Mongol tadi tidaklah mungkin lagi, terpaksa ia mundur setindak.
Waktu itu Yo Ko sudah melangkah turun
beberapa tingkat tangga loteng, ketika mendadak nampak kedua pihak
terjadi perkelahian dan segera Oey Yong akan
dihina, terbangkitlah jiwa ksatrianva yang murni, tak terpikir lagi mati-hidup
atau selamat secepat terbang ia melompat kembali ia samber pedang Bu Tun-si
yang terjatuh tadi terus dengan tipu “oh-liong-jut-hiat” atau naga hitam keluar
dari gua, secepat kilat ia tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong
sambil membentak.
“Oey-pangcu lagi kurang sehat, tapi kalian
justru ambil kesempatan ini buat mendesaknya, kau kenal malu tidak ?”
ilmu silat Kim-lun Hoat-ong memang nyata
setingkat lebih tinggi daripada orang lain, ketika mendengar dari belakang menyamber angin tajam, sama sekali ia tak
menoleh, melainkan putar tangan ke belakang dan menyentil batang pedang orang,
Maka terdengarlah suara “cring” yang keras Yo Ko merasakan tangan seakan-akan
kaku dan ujung pedang lantas menusuk ke bawah, ia kuatir musuh susulkan
serangan lain, maka cepat melompat ke samping.
“Anak muda,” kata Kim-lun Hoat-ong. “lekas
kau pergi saja ! ilmu silatmu hebat, hari depanmu pasti jauh melebihi aku, tapi
kini kau masih bukan tandinganku, buat apa kau paksakan diri ikut campur dan
antar njawa percuma di bawah roda emasku ?”
Dengan kata-katanya sekaligus ia telah umpak
Yo Ko setinggi langit dan kemudian dibanting pula dengan ancaman, Padahal roda
emasnya pernah dihantam jatuh oleh Yo Ko dan Siao-liong-Ii hingga jabatan Bu-lim
Bengcu yang tinggal diduduki itu menjadi gagal, dengan sendirinya tiada taranya rasa gemasnya pada kedua muda-mudi ini.
Cuma kini ia harus pilih jalan paling
menguntungkan ia ingin tawan Oey Yong sebagai tujuan pertama dan tidak ingin
banyak mengikat permusuhan, ia mengharap Yo Ko dan Siao-liong-li angkat tangan
dari percecokan ini dan jangan ikut campur, tapi di kemudian hari ia masih bisa
bikin perhitungan dengan kedua anak muda ini.
Harus diketahui bahwa Kim-lun Hoat-ong adalah
seorang ketua dari suatu aliran yang agung, ia bisa berpikir panjang disamping
ilmu silatnya yang luar biasa itu.
Dengan umpakannya tadi, bukanlah dia merendah
dan juga tidak gertak sambel belaka, betapapun Yo Ko memang masih berwatak ia
dengar orang bilang kelak dirinya akan melebihinya, sudah tentu amat girang
hatinya. “Ah, Hwesio tua tak terlalu rendah diri,” demikian ia kata dengan
tertawa,
“untuk melatih setingkat kau sesungguhnya
tidak gampang, Oey-pangcu ini telah pelihara aku dari kecil hingga besar, maka
sukalah jangan kau persukar dia, Kalau bukan kesehatannya terganggu kini, belum
tentu ilmu silatmu bisa menangkan dia, kalau kau tak percaya, kelak bila
badannya sudah sehat boleh coba kau bertanding dengan dia?”
Yo Ko sangka Kim-lun Hoat-ong sangat angkuh,
deruan kata-kata pancingannya ini boleh jadi lantas lepaskan Oey Yong. Siapa
tahu Kim-lun Hoat-ong justru kuatir kalau Oey Yong, Siao-liong-li dan Yo Ko
bertiga mengeroyok padanya, karena itu tadi ia berlaku sungkan pada Yo Ko, kini
mendengar Oey Yong lagi sakit, ia pikir kebetulan, kalau melulu kalian berdua
muda-mudi ini, kenapa aku Kim-lun Hoat-ong harus takut?
Ketika ia amat-amati Oey Yong sejenak, betul
juga ia lihat wajah orang pucat Iesu, terang sakitnya tidak ringan, maka sekali
tertawa dingin, cepat ia mendahului berdiri ke mulut tangga loteng, “Baiklah,
kalau begitu kaupun tinggal sekalian!” katanya segera.
Waktu itu Siao-liong-Ii lagi berdiri di
tengah tengah tangga, karena dialing-alingi Kim-lun Hoat-ong yang memisahkan
dia dan Yo Ko, ia menjadi tak sabar “He, menyingkir kau, Hwesio, biarkan dia
turun !” katanya.
Mendadak alis Kim-lun Hoat-ong menegak,
dengan gerak tipu :”tan-ciang-khay-pi” atau sebelah tangan membelah pilar,
cepat sekali ia memotong ke bawah, “Memangnya tenaganya amat besar, pula dari
atas ke bawah, tentu saja serangan ini keras luar biasa.
Tak berani Siao-liong-li sambut pukulan itu,
iapun kuatirkan Yo Ko yang terpisah di atas Ioteng, mendadak ia tutul kedua
kakinya, bukannya melompat ke bawah, sebaliknya ia mencelat ke atas menyelusup
lewat di samping musuh untuk kemudian berdiri sejajar dengan Yo Ko.
Waktu orang menyelusup lewat, cepat juga
Kim-lun Hoat-ong menyikut ke belakang, tapi luput, mau-tak-mau iapun kagum pada
kegesitan dan kecepatan Siao-Iiong-li.
Sementara itu Yo Ko sudah jemput lagi pedang
Bu Siu-bun yang terjatuh tadi dan diberikan pada Siao-liong-li.
“Hwesio ini kurangajar, mari, Kokoh, kita
hajar,” ajaknya segera.
Di pihak lain Kim-lun Hoat-ong sudah
keluarkan juga sebuah roda yang bersuara gemerenceng, roda ini sama besarnya
dengan roda emas yang dirampas Yo Ko itu, hanya warnanya hitam mulus seperti
terbuat dari baja.
Kiranya senjata Kim-lun Hoat-ong seluruhnya
ada lima roda, masing-masing terbikin dari emas, perak, perunggu, timah dan
besi, Bila ketemukan musuh kuat, sekaligus lima roda bisa digunakan berbareng,
tapi selamanya ia hanya pakai Kim-lun atau roda emas dan entah sudah berapa
banyak musuh kuat yang dia robohkan, sebab itulah ia memperoleh julukan
“Kim-lun Hoat-ong” atau Raja agama Roda emas, sedang roda2 perak, perunggu,
timah dan besi selamanya malah belum pernah terpakai.
“Oey-pangcu, apa kau juga akan maju sekalian
?” demikian kata Hoat-ong kemudian sambil melirik Oey Yong.
Harus diketahui meski dilihatnya Oey Yong
berwajah sakit, tapi tetap ia gentar atas ilmu silat orang, sebutan
“Oey-pangcu” itu maksudnya mengingatkan Oey Yong adalah ketua suatu
perkumpulan besar, kalau maju mengeroyok
tentu akan merosot kan kedudukannya sebagai Pangcu.
“Oey-pangcu akan pulang saja, ia tiada tempo
buat main-main dengan kau,” seru Yo Ko tiba-tiba. Habis ini iapun berpaling
pada Oey Yong: “Kwe-pekbo, kau bawa Hu-moay pergi saja.”
Nyata pemuda ini sudah memperhitungkan
baik-baik, ia sendiri dan Siao-liong-li meski belum pasti bisa menang
mengeroyok Kim-lun Hoat-ong, tetapi kalau bertahan sekuat tenaga untuk kemudian
berdaya melarikan diri, hal ini besar harapan bisa dilakukan.
Baiknya kini bukan bertanding silat, asal
bisa melepaskan diri, peduli siapa soal kalah segala, Maka begitu pedang
bergerak, segera ia menusuk lebih duIu.
Melihat Yo Ko gunakan ilmu dari
Giok-li-sim-keng, menyusul segera Siao-liong-li ikut menyerang juga dari
samping, dalam hati gadis ini sebaliknya tiada sesuatu perhitungan ia melihat
Yo Ko bergebrak dengan Hwesio ini, segera iapun turun tangan membantu.
Namun sekali ayun rodanya, dua pedang
sekaligus sudah ditangkis Kim-lun Hoat-ong, meja kursi di atas loteng restoran
itu terlalu banyak hingga merintangi kebebasannya, maka sambil putar rodanya
sembari Kim-lun Hoat-ong tendang meja kursi yang meng-halang-alanginya.
“Kalau tenaga lawan tenaga, pasti kami kalah,
tapi bila gunakan akal, untuk sementara masih bisa bertahan,” demikian pikir Yo
Ko. Maka waktu nampak meja kursi ditendang orang, sengaja ia tendang kembali
alat prabot itu ke tengah untuk merintangi musuh.
Dasar Ginkang Yo Ko dan Siao-liong-li sudah
tinggi sekali, mereka menyelusup ke sana ke mari dan tidak memapak musuh dari
depan, kadang-kadang mereka timpuk orang dengan poci arak dan tempo-tempo
sampar mangkok piring ke muka orang.
Keruan seluruh loteng restoran itu menjadi
kacau balau dan hancur berantakan
Dan karena ribut-ribut itu, kesempatan mana
digunakan Oey Yong untuk menarik Kwe Hu ke sebelahnya.
Darba yang terkena “lh-hun-tay-hoat” Yo Ko
sementara itu masih setengah sadar, pangeran Ho-tu terluka parah oleh racun
jarum tawon putih, sedang ilmu silat jago-jago Busu Mongol lain terlalu rendah,
mana mereka bisa menahan Oey Yong.
“Kwe-pekbo, lekas kalian pergi saja,” teriak
Yo Ko.
Tapi Oey Yong saksikan daya serangan Kim-Lun
Hoat-ong lihay tiada taranya dan tampaknya Yo Ko dan Siao-Iiong-li sukar
bertahan meski sudah keluarkan tenaga penuh, bila sedikit lengah hingga musuh
turun tangan keji, pasti jiwa kedua muda-mudi ini tak terjamin pula.
Karena itu Oey Yong tak tega tinggal pergi,
ia pikir orang mati-matian berusaha menolong dirinya, sebaliknya dirinya
sendiri malah tinggal pergi, ini sesungguhnya tak patut, Maka ia tetap berdiri
di tempatnya menyaksikan pertarungan itu, hanya Bu-si Hengte berulang kali
mendesak sang ibu guru.
“Marilah, Sunio (ibu guru), kita berangkat
dulu, badanmu kurang sehat, haruslah jaga diri baik-baik,” demikian kata kedua
saudara Bu.
Mula-mula Oey Yong tak gubris desakan mereka,
tapi ketika didesak lagi, akhirnya ia gusar, “Hm, jadi manusia tidak kenal
budi, apa gunanya berlatih silat ?” demikian ia mendamperat, “Dan kau apa
manfaatnya pula hidup di dunia ini? Orang she Yo ini beratus kali lebih hebat
dari kalian, Hm, sebaiknya kalian berdua menggunakan pikiran lebih banyak.”
Maksud baik kedua saudara Bu itu ternyata
disambut dengan damperatan oleh sang ibu guru, keruan mereka menjadi kikuk dan
malu “Bu-keh Koko, hayolah, kita maju bersama !” seru Kwe Hu tiba-tiba sambil
samber sepotong kaki meja patah.
Tapi cepat sekali Oey Yong menarik sang
puteri “Hm, dengan sedikit kepandaianmu ini apa kau hendak antarkan kematian?”
katanya.
Kwe Hu tak yakin atas omelan ibunya, mulutnya
menjengkit kurang percaya, ia lihat ilmu silat Yo Ko dan Siao-liong-li biasa
saja tiada sesuatu yang hebat, meski gayanya bagus, tapi gerak senjatanya
lambat.
Nyata ia tak tahu bahwa ilmu silat kedua
orang itu memang jauh di atasnya dan saat itu lagi gunakan Giok-li-kiam-hoat
dari Ko-bong-pay yang hebat untuk menempur musuh.
Beberapa kali Kim-lun Hoat-ong merangsang
maju dan setiap kali kena dirintangi meja kursi yang jungkir balik di lantai,
sedang Nvo Ko dan Siao-iiong-li bisa bergerak cepat enteng ke sana kemari main
kucing2an.
Tiba-tiba hatinya tergerak ia gunakan tenaga
kakinya, maka terdengarlah suara “kraak, peletak” berulang-ulang, perabot apa
saja yang merintangi diinjaknya remuk, Sedang roda besi diputar cepat
menghantam terus sambil kaki keluarkan tenaga raksasa, ke mana menginjak, di
sana juga meja kursi lantas hancur ber-keping2,
Hanya sekejap saja di atas loteng sudah penuh
ter-timbun kayu hancur dan ketiga orang masih terus saling labrak di atas
tumpukan kayu tanpa ada meja kursi yang merintangi lagi.
Kini Kim-Iun Hoat-ong bisa melangkah lebar
sesukanya dan rodanya berputar kencang hingga menerbitkan suara gemerantang
riuh, ia lakukan serangan cepat pada dua lawannya, sebaliknya karena kehilangan
tameng meja kursi, terpaksa Yo Ko dan Siao-liong-Ii harus lawan orang dengan
ilmu kepandaian sejati.
Tiga kali Kim-lun Hoat-ong menghantam tangan
Yo Ko sampai sakit tergetar oleh tenaga orang yang kuat sementara itu serangan
keempat Kim-lun Hoat-ong menghantam pula dari atas, belum tiba rodanya angin
tajam sudah menyamber, dulu, betapa lihaynya sungguh sangat mengejutkan.
Lekas-lekas Yo Ko dan Siao-liong-li menangkis
berbareng dengan ujung pedang menahan roda orang, gabungan tenaga kedua orang
barulah mampu tangkis serangan Hoat-ong itu, namun senjati merekapun sudah
tertindih hampir-hampir bengkok.
Ketika tangan mereka menyendal, roda besi
lawan digentak pergi, menyusul mana cepat Yo Ko menusuk bagian atas orang dan
Siao-liong-li membabat kaki kiri lawan.
Mendadak Kim-lun Hoat-ong malah angkat kaki
terus menutul pergelangan tangan Siao-Iiong li, sedang rodanya menghantam ke
samping mengarah tengkuk Yo Ko.
Tadinya Yo Ko sangka lawan pasti akan
hindarkan serangannya dahulu baru kemudian balas menyerang, siapa tahu orang
anggap tusukannya bagai tiada terjadi sesuatu, ia menjadi heran apa orang
melatih ilmu sebangsa Kim-ciong-tok dan Tiat-poh-san yang lihay dan tebal ?
Namun dalam saat berbahaya, tak sempat lagi buat selidiki kekebalan lawan itu
sungguh-sungguh atau palsu, terpaksa ia harus tolong diri sendiri duIu, maka
iapun menunduk dan berjongkok untuk hindarkan ketokan roda besi lawan.
Tak terduga perubahan aneh lantas terjadi
tiba-tiba Kim-lun Hoat-ong timpukkan roda besinya ke kepala Yo Ko, sedang kedua
tangan kosong lantas menjambret Siao-liong-li. serangan aneh oan cepat,
ternyata sekaligus Kim-lun Hoat- ong telah serang kedua musuhnya dari arah yang
sukar diduga.
Pada detik luar biasa itulah Oey Yong berteriak
kaget dan segera bermaksud menyerobot maju menolong, namun tiba-tiba dilihatnya
Yo Ko mencelat ke samping dan belum tancap kaki ke bawah, tahu-tahu pedangnya
lantas tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong dengan cepat.
Tipu serangan Yo Ko inipun sekaligus “dwi-guna”,
pertama hindarkan bahaya diri sendiri, berbareng paksa Kim-lun Hoat-ong tarik
kemba’i serangannya pada Siao-liong-li.
Tipu serangan ini di sebut “gan-hing-sif
-kik: atau burung belibis terbang menggempur dari samping, inilah Kiam-hoat
dari Coan-cin-pay.
Kim-lun Hoat-ong bersuara heran oleh serangan
balasan Yo Ko yang hebat ini, lekas-lekas ia angkat kakinya memotong ke
pinggiran roda besinya yang waktu itu masih belum jatuh ke tanah hingga roda
itu kena dibikin mencelat menyamber kepala Yo Ko lagi sambil bersuara nyaring.
Pada saat berbahaya Yo Ko tadi berhasil
keluarkan tipu Kiam-hoat Coan-cin-pay, lekas ia ke luarkan pula tipu gerakan Coan-cin yang disebut “pek-hong-”keng-thian”
atau pelangi putih menghiasi langit, dengan batang pedang ia sampuk roda orang.
Sebenarnya sampukan ini percuma saja karena
pedang enteng dan roda berat, siapa tahu karena sedikit menyenggoI roda itu,
mendadak membawa efek arah roda terus menyamber ke arah Kim-lun Hoat-ong
sendiri.
Roda besi itu adalah benda mati, sudah tentu
ia tidak kenal siapa majikan dan siapa musuh, keruan terus menyelonong cepat
luar biasa, Saking bagusnya kejadian itu hingga Kwe Hu bertepuk tangan bersorak
Kim-lun Hoat-ong berani lepaskan senjata untuk menimpuk orang, sebabnya ia
menduga tak nanti musuh sanggup merampas rodanya, bila senjata lawan kebentur,
betapapun berat senjata itu pasti akan terpental dari cckalan, Siapa duga Yo Ko
ternvata punya kepandaian menyampuk roda yang hebat hingga senjata menyamber ke
arah dirinya sendiri.
Dalam gusarnya roda yang membalik itu terus
ditangkapnya, diam-diam ia gunakan gaya me-mutar, kembali ia timpukkan roda itu
pula, Kini ia tambahi tenaga hingga putaran roda itu makin cepat hingga gotri
dalam roda tidak menerbitkan suara, padahal Yo Ko berhasil sengkelit balik roda
orang tadi sebenarnya secara tidak sengaja telak keluarkan ilmu Kiu-im-
cin-keng, kini ia coba mengulangi lagi maka terdengarlah suara “trang” yang
keras, tahu-tahu pedang tergetar jatuh, berbareng dengan tenaga raksasa Kim-lun
Hoat-ong telah memukul juga kearah Yo Ko.
Kiranya Kiu-im-cin-keng yang Yo Ko latih
masih belum sempurna, maka tenaga yang dipergunakan sekali ini tidak tepat.
Nampak Nyo-Ko menghadapi bahaya, sedikit
mengegos pinggang, cepat sekali pedang Siao-Iiong-li lantas menusuk, tipu serangan
ini bukan saja amat lihay, bahkan gayanya manis menarik, nyata ia telah gunakan
kepandaian Giok-li-sim-keng ajaran bab terakhir. Saking bagus dan tepat
serangan itu hingga Oey Yong dan Kwe Hu berseru memuji
berbareng.
Lekas-lekas Kim-lun Hoat-ong melompat untuk
tangkap kembali rodanya buat tangkis pedang orang, kesempatan inipun digunakan
Yo Ko menyamber kembali senjatanya yang terpental ke udara tadi.
Sungguh gebrakan barusan ini hebat sekali dan
berbahaya Setiap orang kalau kepepet timbulnya akal juga lebih tajam, mendadak
Yo Ko berpikir: “Kalau aku dan Kokoh gunakan Giok-li-kiam-hoat, saat berbahaya
lantas berubah menjadi selamat Apakah bab terakhir dari Giok-li-sim-keng itu
memang mengajarkan cara bersilat kombinasi demikian?”
Karena pikiran itu, segera iapun berteriak:
“Kokoh, pergi-datang kita tak berhasil
melatihnya, tapi kini sudah betul lihat ini tipu “Iong-jik-thian-khe” (jejak
meratai jagat) !” Sembari berkata pedangnya menusuk juga dari samping.
Tidak sempat Siao-liong-li banyak berpikr, maka
iapun menurut dan gunakan tipu “long-jik-thian-khe” menurut apa yang tercatat
dalam Sim-keng, ia memotong dari depan, Tipu serangan Yo Ko adalah
Coan-cin-kiam-hoat yang lihay dan Siao-liong-li gunakan Giok-Ii-kiam-hoat yang
tak kenal ampun, paduan serangan pedang ini ternyata luar biasa daya
tekanannya.
Karena belum sempat berjaga-jaga, lekas-lekas
Kim-lun Hoat-ong melompat mundur, namun terdengar juga suara “bret-bret” dua
kali, kedua pedang orang telah mengenai tubuhnya semua, baju bawah bahu
Hoat-ong tertusuk tembus oleh serangan itu.
Sekalipun ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong
sudah mencapai luar dalam yang hebat, kalau senjata guru silat biasa saja tak
nanti bisa melukainya namun Lwekang Yo Ko dan Siao-liong-li sudah terlatih
tinggi, kalau sampai kena ditusuk, sukar dibayangkan bagaimana jadinya. Maka
bajunya terlubang sudah cukup bikin dia berkeringat dingin, “Hoa-cian-gwat-he
(bunga mekar di bawah sinar bulan) !”
terdengar Yo Ko berteriak lagi. Berbareng itu
ia membacok ke bawah cepat, sedang Siao-liong-li lantas membabat ke kanan dan
ke kiri.
Mau-tak-mau Kim-lun Hoat-ong dibikin kacau
oleh serangan kedua orang yang bersimpang siur itu, ia tak tahu pasti dari arah
mana sebenarnya serangan orang, terpaksa ia melompat mundur lagi buat
menghindar.
“Jing-im-siao-yok (minum sekedar dan jamuan
sederhana) !” lagi-Iagi Yo Ko berseru.
Berbareng ujung pedangnya mendoyong ke bawah
seperti orang angkat poci lagi menuang arak, sebaliknya Siao-liong-li angkat
ujung pedang ke atas menuding mulut sendiri seperti angkat cawan sedang minum.
Nampak serangan kedua orang makin lama makin
aneh dan bisa kerja sama dan bantu-membantu dengan bagus, dimana ada kelemahan
segera dibantu yang lain, setiap kelemahan lantas berubah menjadi tipu
serangan yang lihay.
Makin dipikir Kim-lun Hoat-ong semakin
terkejut. ia pikir: “Betapa besarnya jagat ini ternyata tidak sedikit
orang-orang kosen, Kiam-hoat hebat seperti ini tak pernah kubayangkan diTibet,
Ai, aku benar-benar seperti katak di dalam tempurung dan berani pandang rendah
Enghiong seluruh jagat ini.”
Karena pikiran yang mengkeret ini, keruan ia
semakin terdesak, Padahal dengan ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong yang hebat
sebenarnya sudah jarang ada tandingannya bagi ksatria2 di daerah Tionggoan.
Meski secara mujur Yo Ko dan Siao-liong-li
berhasil mempelajari berbagai ilmu silat yang bagus, tapi keuIetannya kini
kalau dibanding Kim-lun Hoat-ong masih selisih sangat jauh, tapi mereka justru
telah pecahkan Kiam-hoat ciptaan Lim Tiao-eng yang luar biasa itu dan mendadak
dikeluarkan seketika Hoat-ong jadi kelabakan dan terdesak.
Setiap tipu gerakan dari Kiam-hoat baru ini
harus dimainkan bersama laki dan perempuan, setiap gerak serangan mengandung
maksud sesuatu cerita romantis, seperti “Kim-pit-siang-ho” atau dua sejoli
hidup rukun, “siong-he-tui-ek” atau main catur di bawah pohong siong, “so-swan-heng-teh” atau menyapu salju menyeduh teh,
dan “ti-pian-tiau ho”-atau memainkan burung Ho di tepi kolam, semuanya itu
adalah hidup yang romantis.
Kiranya Lim Tiao-eng patah hati dalam soal
cinta hingga melewatkan hari tuanya di dalam kuburan kuno, dengan bakatnya yang
tinggi mempelajari macam-macam kepandaian, akhirnya ia salurkan semuanya ke
dalam ilmu silat ciptaannya ini.
Siapa duga beberapa puluh tahun kemudian
ternyata ada sepasang muda-mudi yang dapat menggunakan ilmu pedangnya yang
hebat ini untuk menempur musuh tangguh.
Kalau mula-mula Yo Ko dan Siao-Iiong-li
memainkan ilmu pedang itu dengan rada kaku, tapi makin lama semakin lancar dan
biasa, semangat merekapun bertambah kuat Semakin mereka bersatu padu, semakin Kim-lun Hoat-ong
susah menahannya hingga ia menyesal tadi telah injak hancur semua perabot meja
kursi, kalau masih ada rintangan perabot itu, tentunya daya serangan kedua
lawan ini tak akan begini gencar dan Iihay, selanjutnya besar kemungkinan ia
tak sanggup melawan lagi, terpaksa Hoat-ong mundur selangkah ke tangga loteng
dan turun setingkat demi setingkat.
Tentu saja tekanan Yo Ko dan Siao-Jiong-li
semakin kuat dari atas ke bawah, tampaknya segera saja Kim-Iun Hoat-ong akan
bisa diusir pergi, riba2 terdengar Oey Yong berseru:
“Membasmi penjahat harus sampai akar2nya,
Ko-ji, jangan lepaskan dia !”
Kiranya Oey Yong dapat melihat sebabnya Yo Ko
dan Siao-liong-li bisa menangkan Kim-hm Hoat-ong karena andalkan jurus
Kiam-hoat yang bagus, sesungguhnya boleh dikatakan karena kebetulan kalau hari
ini musuh dilepaskan, ilmu silat paderi asing ini sangat tinggi, bila ia pulang
dan mempelajari lebih mendalam hingga mendapatkan cara mematahkan Kiam-hoat
baru ini, hal ini berarti bibit penyakit kelak hendak membasminya tentu beribu
kali lebih sulit, maka Oey Yong berteriak agar kedua muda-mudi itu gunakan
kesempatan sekarang buat membasminya saja.
Yo Ko menyahut sekali, segera ia lontarkan
tipu-tipu berbahaya seperti “siau-wan-ge-kiok” (pesiar taman menikmati bunga
kiok), “cian-ciok-ya-wa”" (menyanding lilin bercakap sepanjang malam),
“se-jong-lian-ki” (main pantun ditepi jendela), “tiok-liam-lim-ti” (kerai bambu
di tepi kolam) dan lain-lain serangan mematikan hingga
hampir-hampir Kim-Iun Hoat-ong tak mampu menangkis jangankan hendak balas
menyerang.
Begitulah sebenarnya Yo Ko hendak turut pesan
Oey Yong untuk membunuh musuh tangguh ini, siapa tahu dahulu waktu Lim Tiao-eng
ciptakan “Giok-li-kiam-hoat”, dalam hatinya penuh rasa kasih mesra, meski lihay
setiap tipu serangannya, namun tiada satupun yang merupakan tipu mengarah jiwa
musuh, Karena itu meski Yo Ko berdua mendesak Kim-lun Hoat-ong hingga paderi
ini kelabakan dan serba susah, tapi untuk cabut nyawanya juga tidak gampang.
Tentu saja yang paling cemas rasanya yalah
Oey Yong yang menonton disamping.
Kim-lun Hoat-ong tak mengerti darimana
asal-usuI Kiam-hoat orang, ia sangka masih ada tipu serangan lihay yang belum
dilontarkan Yo Ko berdua, asal tipu-tipu lihay itu
keluar, boleh jadi jiwanya akan melayang.
Dalam keadaan kepepet tiba-tiba ia mendapat akal, ia melangkah mundur dan
gunakan tenaga berat pada kakinya hingga tiap-tiap kali ia melangkah mundur,
setiap papan imdak.2an tangga itu patah diinjaknya.
Karena perawakan Kim-lun Hoat-ong tinggi
besar, Yo Ko berdua tak berdaya mencegat ke belakangnya ketika undak- undakan
tangga ketiga patah, senjata Yo Ko dan Siao-liong-li sudah tak dapat mencapai diri orang lagi.
“Nah, har ini barulah aku kenal ilmu silat
Tionggoan dan amat kagum,” kata Kim-lun Hoat-ong sambil angkat rodanya:
“Apa namanya ilmu pedangmu ini?”
“Masakah kau tak tahu?” sahut Yo Ko tertawa,
“llmu silat Tionggoan yang terkemuka yalah Pak-kau-pang-hoat dan
Ji-lo-kiam-sut, Kiam-hoat kami tadi yalah Ji-lo-kiam-hoat-sut itu.”
“Ji-lo-kiam-sut?” Kim-lun Hoat-ong tercengang
ia mengulangi nama itu.
“Ya,” kata Yo Ko tertawa, “Ji-lo-kiam-sut,
ilmu pedang penusuk keledai.”
Karena penegasan ini barulah Kim-lun Hoat-ong
sadar orang sengaja putar kayun untuk memaki padanya (biasanya kaum Hwesio dimaki
sebagai keledai gunduI), keruan saja ia gusar, “Anak kurangajar, pada suatu
hari pasti kau akan kenal lihaynya Hoat-ong,” bentaknya sengit, Habis ini,
diiringi suara gemerenceng rodanya, dengan langkah lebar iapun tinggal pergi.
Begitu cepat perginya Kim-lun Hoat-ong, hanya
sekejap saja orangnya sudah menghilang di ujung jalan sana, Yo Ko menaksir tak
bisa menyandak orang, ia berpaling dan nampak Darba memayang Pengeran Hotu yang
mukanya pucat lesi lagi berdiri di belakangnya.
“Toa-suheng, kau bunuh aku tidak?” demikian
kata si Darba yang masih sangka Yo Ko jelmaan Suhengnya.
Sungguhpun Yo Ko orangnya nakal dan jahil,
tapi wataknya tidak kejam, ia lihat keadaan dua orang itu cukup ngenas, ia
pandang Oey Yong dan menanya: “Kwe-pekbo, bolehkah kita lepaskan mereka pergi
?”
Oey Yong mengangguk tanda setuju, Yo Ko lihat
semangat Hotu lesu lemas, ia keluarkan sebotol kecil madu tawon putih, ia
tuding2 Hotu dan unjuk lagak orang minum obat, lalu madu tawon itu diberikannya
pada Darba.
Tentu saja Darba amat girang, ia bicara
dengan Hotu dan Hotu lantas keluarkan sebungkus obat bubuk untuk Yo Ko.
“Cianpwe yang bersenjata Pit terkena racun
paku-ku, inilah obat penawarnya,” katanya.
Habis itu, Darba memberi hormat sekali pada
Yo Ko, lalu Hotu diangkatnya, memangnya ia ber-tenaga raksasa, bobot seorang
dianggapnya sepele saja, ia melayang turun pelahan ke bawah loteng, bersama
para jago Mongol merekapun pergi semua.
“Kwe-pekbo,” kata Yo Ko sambil memberi hormat
dan serahkan obat penawar pada Oey Yong, “biarlah Siautit mohon diri juga,
harap Pekbo dan Pepek jaga diri baik-baik.”
Dasar Yo Ko berperasaan halus dan gampang
tergoncang, ketika terpikir olehnya kelak tak bakal bertemu lagi, hatinya
menjadi berduka.
“Kau hendak kemanakah?” tanya Oey Yong.
“Aku dan Kokoh akan mengasingkan diri ke
tempat terpencil dan tidak ingin bertemu dengan khalayak ramai lagi, supaya
tidak mencemarkan nama baik Kwe-pepek,” sahut Yo Ko.
Hati Oey Yong tergerak, pikirnya: “Hari ini
ia tolong aku dan Hu-ji mati-matian, kini ia tersesat dan berdurhaka mana boleh
aku peluk tangan tak menolongnya?”
Karena itu, segera ia bilang: “Hendak pergi
juga tak perlu terburu dalam sehari dua hari ini, semuanya tentu sudah letih,
marilah kita mencari penginapan untuk mengaso semalam duIu, besok barulah kita
berpisah.”
Nampak orang begitu manis budi, tak enak Yo
Ko hendak menoIak, ia terima baik permintaan itu.
Lalu Oey Yong bereskan semua rekening dan
ganti rugi semua kerusakan pemilik restoran, mereka mencari hotel untuk
menginap, Malamnya sesudah dahar, Oey Yong suruh Kwe Hu pergi mengobrol dengan
Bu-si Hengte, sebaliknya ia panggil Siao-liong-li ke kamarnya. “Moaycu (adik),
ada suatu
barang ingin kuberikan padamu,” katanya.
“Beri apa?” tanya Siao-liong-li
Oey Yong tak lantas menjawab, ia tarik si
nona lebih dekat, ia keluarkan sisir dan menyisir rambut orang perlahan-lahan,
ia lihat rambut Siao-liong-li hitam gombyok mengkilap sangat
menarik, ia gulung hati-hati rambut
Siao-liong-li dan tanggalkan sebuah gelang emas penjepit rambut dari sanggulnya
sendiri “Moaymoay, aku berikan gelang ini,” demikian katanya kemudian.
Gelang jepit rambut emas itu adalah pilihan
dari benda mestika yang banyak dikumpulkan ayahnya, Oey Yok-su, di Tho-hoa-to,
maka dapat dibayangkan betapa indah dan tinggi nilainya batang itu.
Tapi selamanya Siao-liong-li tak pakai
perhiasan, sebagai pengikal rambut hanya sebuah tusuk kondai biasa saja, maka
ia tidak menjadi senang oleh hadiah Oey Yong itu, namun ia ucapkan terima kasih
juga.
Begitulah sambil mengenakan gelang di atas
rambut orang sembari Oey Yong ajak ngobrol padanya. Sesudah berlangsung
percakapan, Oey Yong merasa Siao-liong-li terlalu polos bersih, urusan
keduniawian sedikitpun tak paham, ia lihat wajahnya cantik molek, ayu tapi
sederhana, kalau bukannya ada hubungan guru dan murid antara Yo Ko dengan
Siao-liong-li, sesungguhnya mereka memang suatu pasangan yang setimpal. Karena
itu, ia menanya lagi: “Moaycu, hatimu sangat menyukai Ko-ji, bukan ?”
Siao-liong-li ,bersenyum manis, “Ya, memang
tapi kalian kenapa melarang dia membaiki aku?” sahutnya.
Oey Yong tercengang oleh jawaban itu,
teringat olehnya masa remaja diri sendiri, pernah juga ayah tak boleh dirinya
mendapatkan jodoh Kwe Ceng, bahkan guru Kwe Ceng juga mencela dirinya, tapi
sesudah mengalami berbagai macam aral melintang, akhirnya dapat juga mengikat
sehidup semati dengan Kwe Ceng. Dan kini Yo Ko dan Siao-liong-li saling cinta
mencintai dengan hati murni, kenapa ia sendiri justru hendak merintanginya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar