Kembalinya Pendekar Rajawali 70
Tak terduga Yo Ko terus menyusuli dengan
sekali tendang dan tepat mengenai pantat Nimo-Singh, kontan Hindu cebol
terjungkal ke bawah tembok dan tentu pula kesaktiannya, tapi Nimo-Singh sama
sekali tidak memusingkan sakit atau tidak, bahkan ia terus berteriak-teriak
girang: “Kwe ceng berhasil kutangkap! Kwe Ceng sudah kutangkap!”
Tentu saja Siau-siang-su dan Darba tidak
membiarkan pahala besar itu dicaplok sediri oleh Nimo Singh, cepat mereka
memburu maju untuk merebut, ketiga orang sama memegangi anggota badan perwira
tadi, ada yang pegang tangan, ada yang memegang kaki, sekali mereka membetot,
karena tenaga mereka sama-sama kuat, seketika tubuh perwira itu terbeset
menjadi tiga bagian.
Kopiah yang dipakainya lantas terjatuh, Nimo
Singh bertiga dapat melihat jelas orang yang mereka rebut-kan itu ternyata
bukan Kwe Ceng adanya, keruan mereka melengak dan tak dapat bersuara.
Ketika melihat Yo Ko membuang Kwe Ceng yang
digendongnya terus melarikan diri, segera Hoat-ong menduga pasti ada sesuatu
yang tidak beres, maka waktu melihat ketiga
kawannya itu melengak kesima, ia lantas
memaki: “Goblok”
Segera Hoat-ong mengudak lagi ke arah Yo Ko,
ia pikir andaikan Kwe Ceng, tidak berhasil ditangkap, kalau dapat menawan Yo Ko
juga tidak sia-sia kedatangannya ke Siangyang ini.
Namun sementara itu Yo Ko entah sudah kabur
ke mana,
jelas sukar menemukannya. Hoat-ong berpikir
sejenak, segera
ia dapat menarik kesimpulan “Bocah itu
sengaja menggendong seorang Kwe Ceng palsu dan main kucing2an dengan aku, tentu
tujuannya memancing aku mengejarnya, jika begitu jelas Kwe Ceng pasti berada
ditempat yang kubakar tadi. Dia memakai akal licik, biarlah akupun menggunakan
akalnya itu untuk menjebak dia.” - Karena itu ia tidak peduli lagi ke mana
kaburnya Yo Ko, ia terus menuju ke tempat yang paling ganas dimakan api.
Padahal saat itu Yo Ko sedang mengawasi
gerak-gerik Hoat-ong, ia bergelantungan di bawah emper rumah, ketika melihat
Hoat-ong berlari cepat ke tempat sembunyi Kwe Ceng, ia menjadi kuatir, ia tidak
tahu waktu itu Oey Yong sudah memindahkan suaminya ke tempat lain atau belum,
maka cepat iapun mengintil Hoat-ong.
Setiba di dekat tempat Kwe Ceng tadi,
mendadak Hoat-ong melompat ke bawah sambil membentak: “Bagus, kau Kwe ceng!
Kiranya kau berada di sini, lekas ikut saja padaku?”
Keruan Yo Ko kaget, selagi hendak melompat
turun, tiba-tiba terdengar suara gemerincing, suara beradunya senjata, lalu
terdengar pula suara bentakan Hoat-ong: “Nah, Kwe Ceng lekas menyerah saja
kau.”
Menyusul suara mendering benturan senjata
berbunyi pula ber-turut-urut. seketika Yo Ko tahu apa yang terjadi, ia tertawa
sendiri dan mengomel di daIam hati: “Setan gundul, hampir saja kuterjebak olehmu,
Sayang akalmu yang busuk itu kurang cermat, kau pura-pura mengeluarkan suara
benturan senjata segala, padahal dalam keadaan terluka mana Kwe pepek sanggup
menempur kau dengan senjata, Hmm kau ingin menipu aku, aku justeru sembunyi di
sini untuk menonton sandiwaramu.”
Begitulah mendadak terdengar Hoat-ong
berteriak pula: “Aha, sekali ini kau pasti mampus, Nyo Ko!”
Tentu saja Yo Ko terkejut, ia heran mengapa
dirinya dikatakan pasti mampus? Tapi segera ia paham maksudnya, agaknya Kim -
lun Hoat - ong tidak berhasil memancing dirinya keluar, sekarang berbalik
hendak memancing munculnya Kwe Ceng muncul menolongnya.
Terdengar Hoat-ong bergelak tertawa dan
berkata pula: “Hahaha, Yo Ko, sekali ini jiwamu melayang di tanganku, agaknya
memang nasibmu begini.”
Belum habis ucapannya se-kenyong2 bayangan
putih berkelebat seorang gadis menerobos keluar dari tengah gumpalan asap sana
dan menubruk ke arah Hoat-ong, Cepat Yo Ko berseru: “Aku berada di sini,
Kokoh!”
Gadis itu memang Siao-liong-li adanya, Hoat
ong lantas putar rodanya dan mencegat di depan Siao-liong-li. Rupanya suara
Hoat-ong yang mengatakan jiwa Yo Ko pasti akan melayang itu telah membikin
kuatir Siao - liong - li, tanpa pikir ia terus menerjang keluar untuk
menolongnya.
Terpaksa Yo Ko ikut menerjang maju untuk
mengerubuti Hoat-ong, Kedua muda-mudi saling pandang dengan tersenyum bahagia,
seketika Giok-ii-kiam-hoat dimainkan dengan sangat indah, sinar pedang mereka
mengurung rapat Kim-lun Hoatong.
Diam-diam Hoat-ong mengeluh: “CeIaka, ini
benar-benar mengundang bahaya untuk mencelakai diri sendiri!”
Sementara itu api masih berkobar dengan
hebatnya, banyak tiang dan belandar berjatuhan Mendadak Hoat-ong perlihatkan
keperkasaannya, sekali kedua rodanya diangkar sekaligus ia tangkis kedua pedang
lawannya, habis itu cepat ia mundur ke kiri sana.
“Sekali ini jangan membiarkan dia lolos lagi,
harus binasakan bibit bencana ini!” seru Yo Ko kepada Siao-liong-Ii sambil
memburu maju, “sret”, kontan ia menusuk punggung Hoat-ong.
Sejak kecundang oleh Giok-li-kiam-hoat tempo
hari dengan tekun lioat-ong telah merenungkan sejurus ilmu silat yang dapat
mematahkan ilmu pedang itu, walaupun begitu ia mengakui Giok-li-kiam-hoat yang
dimainkan secara berganda itu teramat lihay, apakah dirinya dapat mematahkannya
atau tidak sesungguhnya iapun tidak berani memastikannya, sekarang keadaan
berbahaya tanpa pikir ia keluarkan ilmu silat ciptaannya yang baru itu:
Ngo-lun-tay-coan” (putaran Iima roda sekaligus) untuk mencobanya, Begitulah
serentak ia keluarkan semua senjata rodanya, terdengar suara gemerincing
nyaring, tiga buah rodanya terus melayang di udara, sedangkan setiap tangannya
tetap memegangi sebuah roda pula.
Kelima rodanya itu terbuat dari emas, perak,
besi, tembaga dan-timah, bobotnya tidak sama, besar kecilnya juga rada berbeda,
akan tetapi secara bergiliran ia menyambitkan dan menangkap kembali rodanya,
lalu disambitkan pula dan begitu seterusnya, samberan roda itu terkadang lurus
dan terkadang miring, seketika Yo Ko dan Siao-liong-Ii dibikin bingung.
Melihat cara serangan musuh sangat aneh dan
lihay, sedapatnya Yo Ko dan Siao liong-li mendempel punggung, mereka berjaga
sedapatnya untuk mengamati serangan musuh, habis itu baru mencari jalan untuk
mematahkannya.
Kelima roda Kim-lun Hoat-ong itu terus
beterbangan, akan tetapi Yo Ko dan Siao-Iiong-li telah memutar pedangnya hingga
berwujud sebuah jaringan sinar perak, betapapun hebatnya roda Hoat-ong itu
tetap sukar menembus pertahanan lawan. Diam-diam Hoat-ong patah semangat, ia
pikir percumalah latihanku selama ini, ternyata lima rodaku sekaligus juga
sukar menandingi permainan ganda ilmu pedang mereka.
Selagi Hoat-ong merasa lesu, se-konyong dari
pangkuan Siao-liongli ada suara menguak beberapa kali, itulah suara tangisan
jabang bayi.
Hal ini tidak saja membuat Hoat-ong terkejut,
bahkan Nyo Ko juga melengak heran. Ketiga orang sama tertegun sehingga
pertarungan mereka menjadi mengendur dengan sendirinya.
Dengan tangan kiri Siao-liong-li menepuk
pelahan pangkuannya sambil berkata: “Jangan menangis sayang, lihatlah kuhajar
Hwesio tua ini.” -Tak tahunya bayi itu malah menangis semakin keras.
“Anak Kwe-pekbo?” tanya Yo Ko dengan suara
lirih.
Siao-liong-li mengangguk dan menusuk satu
kali pada Kim-lun Hoat-ong.
Kim-lun Hoat-ong menangkis dengan roda
emasnya ia tidak dengar jelas pertanyaan Yo Ko tadi seketika ia tidak paham
untuk apakah Siao-liong-Ii membawa seorang bayi, tapi mengingat nona itu
dibebani seorang bayi, tentu daya ilmu pedangnya akan berkurang dan sebaliknya
sangat menguntungkan dirinya, maka cepat ia lancarkan serangan gencar kepada
Siao-liong-li.
Lekas Yo Ko balas menyerang beberapa kali
agar tekanan musuh kepada Siao-liong li berkurang berbareng ia mendesis pula
kepada Siao-liong-li.
“Apa paman dan bibi Kwe baik-baik saja?”
“Ui-pangcu sempat memayang Kwe-tayhiap
menyelamatkan diri dari lautan api…..” trang” ia tangkis roda musuh yang
menyerangnya, lalu menyambung: “Keadaan waktu itu sangat gawat, belandar rumah
sudah hampir runtuh, syukur aku sempat menyelamatkan anak perempuan ini dari
tempat tidur.
“Anak ini perempuan?” Yo Ko menegas sambil
menabas kaki Hoat-ong untuk memaksa musuh menarik kembali serangannya kepada
Siao-liong-li.
Tadinya ia pikir Kwe Ceng sudah punya anak
perempuan, anaknya yang bakal lahir tentu anak laki-laki, siapa tahu kembali
mendapatkan anak perempuan, hal ini rada diluar dugaannya.
Siao-liong-Ii mengangguk dan menjawab: “Ya,
perempuan, lekas kau membawanya…” sembari berkata tangan kirinya terus menjulur
ke pangkuannya dan bermaksud menyerahkan orok itu kepada Yo Ko.
Akan tetapi bayi itu menangis keras, sedang
saat serangan Hoat-paig semakin gencar, tiga buah roda ber-putar-putar diatas
kepala, begitu ada peluang lantas menyerang ke bawah, kedua roda yang
di-peganginya terlebih lihay pula cara menyerangnya, Yo Ko juga cuma dapat
bertahan sekadarnya dengan segenap tenaganya, sehingga sukar menerima
penyerahan bayi dari Siao-liong-li. .
Karena itu berulang-ulang Siao-liong-li
berseru pula “Lekas bawa bayi ini dan gunakan kuda merah itu ke…” trang-trang,
roda Hoat-ong menyerang lebih gencar hingga Siao-liong-li tidak dapat
melanjutkan ucapannya.
Dalam keadaan demikian, apa yang terpikir
oleh Yo Ko dan Siao-liong-li menjadi berbeda sehingga daya tempur Giok-
li-kiam-hoat sukar dikerahkan.
Yo Ko pikir bayi itu harus diterima dulu agar
Siao-liong-li tidak terpencar perhatiannya, maki pelahan ia menggeser kesana,
Siao - liong-li juga ingin menyerahkan bayi itu kepada Yo Ko, jadi kedua orang
ada perpaduan pikiran, segera daya tempur ilmu pedang mereka bertambah kuat,
Kim lun Hoat-ong terdesak mundur lagi.
Segera Siao - liong - li menyodorkan bayi itu
kepada Nyo Ko dan baru saja anak muda itu mengulur tangan hendak menerimanya,
sekonyong-konyong bayangan hitam berkelebat roda besi Hoat-ong menghitam ke
badan bayi itu, Kuatir bayi itu terluka, Siao-liong-li lepaskan bayi itu,
berbareng tangannya Iurus memutar ke atas untuk mencengkeram roda isi itu.
Samberan roda besi itu sangat keras, pula
tepian cukup tajam, kalau orang lain pasti tidak berani menyentuhnya, tapi
Siao-liong-li memakai sarung tangan buatan dari benang emas yang halus,
sekalian pedang dan golok pusaka juga berani dipegangnya dan dipatahkan
olehnya.
Maka waktu menempel roda musuh, sekapan ia
tolak kesamping lalu dengan gerakan miring ia hentikan putaran roda.
Pada saat itu juga Yo Ko sudah dapat memondong
bayi tadi dan berseru memuji demi menyaksikan Siao-liong-li merampas roda
musuh, Kalau saja roda itu langsung menghantam Siao-liong-Ii tentu sukar
dipegangnya tapi lantaran sasaran roda itu adalah si bayi, maka Siao-liong-li
berhasil menangkapnya dari samping, Tampaknya inilah kelemahan permainan
“panca-roda” Kim-lun Hcat-ong, Siao liong-li sangat senang karena dapat
menangkap senjata lawan, tiba-tiba ia menirukan gaya permainan Hoat-ong, roda
besi itu terus menghantam musuh, ia pikir biar “senjata makan tuannya”.
Hoat-ong menjadi kejut dan malu karena
senjatanya terampas musuh, dengan sendirinya pula ii tidak dapat memainkan
“panca roda” dengan begitu ia terus simpan kembali kedua roda yang lain, hanya
dua roda saja yang dipegangnya untuk menyerang.
Sambil merangkul bayi itu, Yo Ko berseri
kepada Siao-liong-li agar membinasakan dulu musuh gundul itu. Siao-liong-li
mengiakan, segera mereka menyerang dengan sepasang pedang ditambah lagi roda
rampasan.
Tak terduga, makin Iaraa daya serangan mereka
bukanlah bertambah kuat, sebaliknya malal sering kacau, kerja sama terasa
kurang “sreg”, keruan Siao-liong-li merasa bingung, ia tidak tahu apa sebabnya.
Ia lupa bahwa Giok-li-kiam-hoat itu memiliki
daya tempur yang hebat adalah karena adanya perpaduan perasaan antara pasangan
yang memainkan ilmu pedang itu. sekarang diantara sepasang pedang mereka
bertambah lagi roda besi, hal ini menjadi seperti di antara sepasang kekasih
telah di susupi oleh orang ketiga yang menimbulkan gangguan, dengan sendirinya
paduan pikiran “menreka menjadi teralang dan kerja sama merekapun menjadi
kacau.
Setelah beberapa jurus lagi dan terasa
semakin payah, Siao-liong-li menjadi gelisah, katanya kepada Yo Ko: “Hari ini
kita tak dapat mengalahkan dia, lekas kau membawa anak ini ke Coat-ceng-kok…”
Segera Yo Ko paham maksudnya, kalau sekarang
juga
berangkat dengan kuda merah itu tentu dalam
tujuh hari dapat mencapai Coat-ceng-kok, meski kepala Kwe Ceng dan Oey yong tak
dapat di bawanya, tapi anak perempuan mereka yang dibawa ke sana, tentu Kwe
Ceng dan isterinya akan segera menyusul ke sana dan Kiu Jian-jio dapat berusaha
menuntut batas kepada mereka.
Dalam keadaan begitu mau tak-mau Kiu Jian-jio
harus memberikan separoh obatnya kepada Yo Ko dan bila racun dalam tubuhnya
sudah punah, kelak ia masih dapat berdaya untuk menyelamatkan anak bayi ini.
Usaha mengulur waktu ini rasanya dapat
diterima oleh Kiu Jian-jio, sebab kalau Kwe Ceng dan Oey Yong datang kesana
untuk mencari anaknya, dalam keadaan lumpuh dan ingin menuntut balas,
mau-tak-maii Kiu Jian-jio mengharapkan bantuan Yo Ko, sebab itulah sisa obat
yang masih ada itu betapapun harus diberikan kepada anak muda itu.
Jika hal ini terjadi dua hari yang lalu tentu
tanpa ragu-ragu Yo Ko akan melaksanakannya, tapi sekarang dia benar-benar
sangat kagum dan hormat kepada jiwa kepahlawanan Kwe ceng, sungguh ia tidak
ingin membikin susah anak perempuan orang demi untuk kepentingannya sendiri,
karena itulah ia menjadi ragu dan berkata: “Kokoh, urusan ini tidak boleh
begitu…”
“Kau… kau…” belum lanjut ucapan Siao-liong
li, “bret”, mendadak baju bahu kirinya ter-robek oleh roda emas Kim-lun Hoat
ong.
“Jika kulakukan hal ini, sungguh aku malu
terhadap Kwe-pepek,” kata Yo Ko pula. “Pula aku tidak sesuai lagi untuk
menggunakan pedangku ini!” Sembari berkata iapun acungkan Kun-cu-kiam (pedang
laki-laki sejati) ke atas.
Sudah tentu Siao-liong-li sama sekali tidak
tahu bahwa jalan pikiran Yo Ko telah berubah mendadak segenap usahanya hanya
ditujukan untuk menyelamatkan Yo Ko, sekarang mendengar anak muda itu segan
kepada musuh
pembunuh ayahnya dan ingin menjadi laki-laki
sejati, sejenak Siaoliong-li menjadi bingung.
Dan karena tiada kesatuan pikiran antara
mereka, ilmu pedang yang mereka mainkan menjadi kurang baik, segera Hoat-ong
melangkah maju, sikutnya lantas menyodok bahu kiri Yo Ko.
Betapa lihay tenaga Hoat-ong, keruan saja Yo
Ko merasakan setengah tubuhnya kaku kesemutan, bayi yang dipondongnya itu
terlepas dan jatuh. Padahal waktu itu mereka bertempur di atas rumah, langsung
saja orok itu terbanting ke bawah.
Yo Ko dan Siao-liong-li menjerit kaget dan
segera bermaksud melompat ke sana untuk menyelamatkan bayi itu, namun sudah
terlambat.
Sementara itu dari percakapan Yo Ko berdua.
Dapatlah Hoat-ong mengetahui bahwa bayi itu adalah anak Kwe Ceng dan Oey Yong,
ia pikir bila Kwe Ceng tak dapat ditangkap, boleh juga anak perempuannya
diculik untuk di jadikan sandera agar dia menyerah, dan sama saja suatu jasa
besar bagiku?
Dalam pada itu keadaan bayi yang terjatuh
ibawah itu tampaknya sangat berbahaya, cepat ia sambitkan roda emasnya ke sana,
dengan tepat roda itu menyangah di bawah gurita bayi itu dan terus melayang ke
sana satu meteran diatas permukaan tanah, bayi itu tersanggah di atas dengan
antengnya.
Serentak tiga orang melompat turun buat
berebut roda itu,
Tempat berdiri Yo Ko paling dekat. Ginkangnya
juga tinggi, ia melihat roda itu makin melayang makin rendah, sebentar bagi
pasti akan jatuh ke tanah. Cepat ia menubruk ka sana, badannya berguling maju
roda bayi itu hendak dirangkulnya sekaligus agar bayi itu tidak terluka.
Ketika tangannya hendak meraih, mendadak roda
emas Hoat-ong itu mengapung ke atas, sebuah tangan menjulur dari samping, roda
emas itu terpegang dan bayi itupun diserobot lagi..
Waktu Yo Ko melompat bangun, sementara itu
Hoat-ong dan Siao-liong-li juga sudah memburu tiba, “He, itulah Suciku!” seru
Siao-liong-li.
Dari jubah orang yang berwarna kuning dan
tangan lain membawa kebut, Yo Ko juga tidak sangsi lagi memang benar penyerobot
bayi itu ia adalah Li Bok chiu. Mengingat watak Li Bok-chiu yang kejam, nasib
bayi itu pasti celaka bila berada dalam cengkeraman iblis itu, tanpa pikir ia
terus mengudak ke sana.
Siao-liong-li juga lantas berteriak-teriak.
“Suci, Suci bayi itu besar artinya bagiku, untuk apa kau menyerobotnya?”
Li Bok-chiu tidak menoleh, dari jauh ia
menjawab: “Hm, turun temurun ahli waris Ko-bong pay kita adalah perawan yang
suci bersih, tapi anak saja sudah kau iahirkan, sungguh tidak tahu malu.”
“ltu bukan anakku, lekas kau kembalikan
padaku” teriak Siao-liong-li.
Selagi dia hendak mengejar sekuat tcnaga,
tiba-tiba sesosok bayangan melompat keluar dari samping sambil berseru:
“Selamat bertemu pula, nona Liong!” Sama sekali Siao-liong-li tidak memandang
siapa gerangan orang ini, sedikit mengegos segera ia bermaksud menyelinap lewat
di sebelah orang.
Tapi orang itu telah mengulur kipasnya dan
menutuk pelahan ke Koh-eng-hiat dibahunya sambil berseru: “Ah, masakah nona
cantik bersikap dingin”
“Jangan merecoki aku!” bentak Siao-liong-li
sambil menangkis dengan pedang dan tetap tidak memandang orang itu.
Kembali kipas orang itu menutuk lengannya
katanya sambil tertawa: “Sungguh malang, mengharapkan pandangan mesra si cantik
sekejap saja tak dapat kuperoleh.”
Sementara itu Li Bok-chiu, Hoat-ong dan Yo Ko
sudah cukup jauh di depan, tampaknya sukar untuk menyusul mereka, baru sekarang
Siao liong-li berpaling, kiranya orang yang mengadangnya dengan memegang kipas
ini adalah pangeran Hotu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar