Rabu, 21 November 2012

Sin Tiauw Hiap Lu 70




Kembalinya Pendekar Rajawali 70

Tak terduga Yo Ko terus menyusuli dengan sekali tendang dan tepat mengenai pantat Nimo-Singh, kontan Hindu cebol terjungkal ke bawah tembok dan tentu pula kesaktiannya, tapi Nimo-Singh sama sekali tidak memusingkan sakit atau tidak, bahkan ia terus berteriak-teriak girang: “Kwe ceng berhasil kutangkap! Kwe Ceng sudah kutangkap!”
Tentu saja Siau-siang-su dan Darba tidak membiarkan pahala besar itu dicaplok sediri oleh Nimo Singh, cepat mereka memburu maju untuk merebut, ketiga orang sama memegangi anggota badan perwira tadi, ada yang pegang tangan, ada yang memegang kaki, sekali mereka membetot, karena tenaga mereka sama-sama kuat, seketika tubuh perwira itu terbeset menjadi tiga bagian.
Kopiah yang dipakainya lantas terjatuh, Nimo Singh bertiga dapat melihat jelas orang yang mereka rebut-kan itu ternyata bukan Kwe Ceng adanya, keruan mereka melengak dan tak dapat bersuara.
Ketika melihat Yo Ko membuang Kwe Ceng yang digendongnya terus melarikan diri, segera Hoat-ong menduga pasti ada sesuatu yang tidak beres, maka waktu melihat ketiga
kawannya itu melengak kesima, ia lantas memaki: “Goblok”
Segera Hoat-ong mengudak lagi ke arah Yo Ko, ia pikir andaikan Kwe Ceng, tidak berhasil ditangkap, kalau dapat menawan Yo Ko juga tidak sia-sia kedatangannya ke Siangyang ini.
Namun sementara itu Yo Ko entah sudah kabur ke mana,
jelas sukar menemukannya. Hoat-ong berpikir sejenak, segera
ia dapat menarik kesimpulan “Bocah itu sengaja menggendong seorang Kwe Ceng palsu dan main kucing2an dengan aku, tentu tujuannya memancing aku mengejarnya, jika begitu jelas Kwe Ceng pasti berada ditempat yang kubakar tadi. Dia memakai akal licik, biarlah akupun menggunakan akalnya itu untuk menjebak dia.” - Karena itu ia tidak peduli lagi ke mana kaburnya Yo Ko, ia terus menuju ke tempat yang paling ganas dimakan api.
Padahal saat itu Yo Ko sedang mengawasi gerak-gerik Hoat-ong, ia bergelantungan di bawah emper rumah, ketika melihat Hoat-ong berlari cepat ke tempat sembunyi Kwe Ceng, ia menjadi kuatir, ia tidak tahu waktu itu Oey Yong sudah memindahkan suaminya ke tempat lain atau belum, maka cepat iapun mengintil Hoat-ong.
Setiba di dekat tempat Kwe Ceng tadi, mendadak Hoat-ong melompat ke bawah sambil membentak: “Bagus, kau Kwe ceng! Kiranya kau berada di sini, lekas ikut saja padaku?”
Keruan Yo Ko kaget, selagi hendak melompat turun, tiba-tiba terdengar suara gemerincing, suara beradunya senjata, lalu terdengar pula suara bentakan Hoat-ong: “Nah, Kwe Ceng lekas menyerah saja kau.”
Menyusul suara mendering benturan senjata berbunyi pula ber-turut-urut. seketika Yo Ko tahu apa yang terjadi, ia tertawa sendiri dan mengomel di daIam hati: “Setan gundul, hampir saja kuterjebak olehmu, Sayang akalmu yang busuk itu kurang cermat, kau pura-pura mengeluarkan suara benturan senjata segala, padahal dalam keadaan terluka mana Kwe pepek sanggup menempur kau dengan senjata, Hmm kau ingin menipu aku, aku justeru sembunyi di sini untuk menonton sandiwaramu.”
Begitulah mendadak terdengar Hoat-ong berteriak pula: “Aha, sekali ini kau pasti mampus, Nyo Ko!”
Tentu saja Yo Ko terkejut, ia heran mengapa dirinya dikatakan pasti mampus? Tapi segera ia paham maksudnya, agaknya Kim - lun Hoat - ong tidak berhasil memancing dirinya keluar, sekarang berbalik hendak memancing munculnya Kwe Ceng muncul menolongnya.
Terdengar Hoat-ong bergelak tertawa dan berkata pula: “Hahaha, Yo Ko, sekali ini jiwamu melayang di tanganku, agaknya memang nasibmu begini.”
Belum habis ucapannya se-kenyong2 bayangan putih berkelebat seorang gadis menerobos keluar dari tengah gumpalan asap sana dan menubruk ke arah Hoat-ong, Cepat Yo Ko berseru: “Aku berada di sini, Kokoh!”
Gadis itu memang Siao-liong-li adanya, Hoat ong lantas putar rodanya dan mencegat di depan Siao-liong-li. Rupanya suara Hoat-ong yang mengatakan jiwa Yo Ko pasti akan melayang itu telah membikin kuatir Siao - liong - li, tanpa pikir ia terus menerjang keluar untuk menolongnya.
Terpaksa Yo Ko ikut menerjang maju untuk mengerubuti Hoat-ong, Kedua muda-mudi saling pandang dengan tersenyum bahagia, seketika Giok-ii-kiam-hoat dimainkan dengan sangat indah, sinar pedang mereka mengurung rapat Kim-lun Hoatong.
Diam-diam Hoat-ong mengeluh: “CeIaka, ini benar-benar mengundang bahaya untuk mencelakai diri sendiri!”
Sementara itu api masih berkobar dengan hebatnya, banyak tiang dan belandar berjatuhan Mendadak Hoat-ong perlihatkan keperkasaannya, sekali kedua rodanya diangkar sekaligus ia tangkis kedua pedang lawannya, habis itu cepat ia mundur ke kiri sana.
“Sekali ini jangan membiarkan dia lolos lagi, harus binasakan bibit bencana ini!” seru Yo Ko kepada Siao-liong-Ii sambil memburu maju, “sret”, kontan ia menusuk punggung Hoat-ong.
Sejak kecundang oleh Giok-li-kiam-hoat tempo hari dengan tekun lioat-ong telah merenungkan sejurus ilmu silat yang dapat mematahkan ilmu pedang itu, walaupun begitu ia mengakui Giok-li-kiam-hoat yang dimainkan secara berganda itu teramat lihay, apakah dirinya dapat mematahkannya atau tidak sesungguhnya iapun tidak berani memastikannya, sekarang keadaan berbahaya tanpa pikir ia keluarkan ilmu silat ciptaannya yang baru itu: Ngo-lun-tay-coan” (putaran Iima roda sekaligus) untuk mencobanya, Begitulah serentak ia keluarkan semua senjata rodanya, terdengar suara gemerincing nyaring, tiga buah rodanya terus melayang di udara, sedangkan setiap tangannya tetap memegangi sebuah roda pula.
Kelima rodanya itu terbuat dari emas, perak, besi, tembaga dan-timah, bobotnya tidak sama, besar kecilnya juga rada berbeda, akan tetapi secara bergiliran ia menyambitkan dan menangkap kembali rodanya, lalu disambitkan pula dan begitu seterusnya, samberan roda itu terkadang lurus dan terkadang miring, seketika Yo Ko dan Siao-liong-Ii dibikin bingung.
Melihat cara serangan musuh sangat aneh dan lihay, sedapatnya Yo Ko dan Siao liong-li mendempel punggung, mereka berjaga sedapatnya untuk mengamati serangan musuh, habis itu baru mencari jalan untuk mematahkannya.
Kelima roda Kim-lun Hoat-ong itu terus beterbangan, akan tetapi Yo Ko dan Siao-Iiong-li telah memutar pedangnya hingga berwujud sebuah jaringan sinar perak, betapapun hebatnya roda Hoat-ong itu tetap sukar menembus pertahanan lawan. Diam-diam Hoat-ong patah semangat, ia pikir percumalah latihanku selama ini, ternyata lima rodaku sekaligus juga sukar menandingi permainan ganda ilmu pedang mereka.
Selagi Hoat-ong merasa lesu, se-konyong dari pangkuan Siao-liongli ada suara menguak beberapa kali, itulah suara tangisan jabang bayi.
Hal ini tidak saja membuat Hoat-ong terkejut, bahkan Nyo Ko juga melengak heran. Ketiga orang sama tertegun sehingga pertarungan mereka menjadi mengendur dengan sendirinya.
Dengan tangan kiri Siao-liong-li menepuk pelahan pangkuannya sambil berkata: “Jangan menangis sayang, lihatlah kuhajar Hwesio tua ini.” -Tak tahunya bayi itu malah menangis semakin keras.
“Anak Kwe-pekbo?” tanya Yo Ko dengan suara lirih.
Siao-liong-li mengangguk dan menusuk satu kali pada Kim-lun Hoat-ong.
Kim-lun Hoat-ong menangkis dengan roda emasnya ia tidak dengar jelas pertanyaan Yo Ko tadi seketika ia tidak paham untuk apakah Siao-liong-Ii membawa seorang bayi, tapi mengingat nona itu dibebani seorang bayi, tentu daya ilmu pedangnya akan berkurang dan sebaliknya sangat menguntungkan dirinya, maka cepat ia lancarkan serangan gencar kepada Siao-liong-li.
Lekas Yo Ko balas menyerang beberapa kali agar tekanan musuh kepada Siao-liong li berkurang berbareng ia mendesis pula kepada Siao-liong-li.
“Apa paman dan bibi Kwe baik-baik saja?”
“Ui-pangcu sempat memayang Kwe-tayhiap menyelamatkan diri dari lautan api…..” trang” ia tangkis roda musuh yang menyerangnya, lalu menyambung: “Keadaan waktu itu sangat gawat, belandar rumah sudah hampir runtuh, syukur aku sempat menyelamatkan anak perempuan ini dari tempat tidur.
“Anak ini perempuan?” Yo Ko menegas sambil menabas kaki Hoat-ong untuk memaksa musuh menarik kembali serangannya kepada Siao-liong-li.
Tadinya ia pikir Kwe Ceng sudah punya anak perempuan, anaknya yang bakal lahir tentu anak laki-laki, siapa tahu kembali mendapatkan anak perempuan, hal ini rada diluar dugaannya.
Siao-liong-Ii mengangguk dan menjawab: “Ya, perempuan, lekas kau membawanya…” sembari berkata tangan kirinya terus menjulur ke pangkuannya dan bermaksud menyerahkan orok itu kepada Yo Ko.
Akan tetapi bayi itu menangis keras, sedang saat serangan Hoat-paig semakin gencar, tiga buah roda ber-putar-putar diatas kepala, begitu ada peluang lantas menyerang ke bawah, kedua roda yang di-peganginya terlebih lihay pula cara menyerangnya, Yo Ko juga cuma dapat bertahan sekadarnya dengan segenap tenaganya, sehingga sukar menerima penyerahan bayi dari Siao-liong-li. .
Karena itu berulang-ulang Siao-liong-li berseru pula “Lekas bawa bayi ini dan gunakan kuda merah itu ke…” trang-trang, roda Hoat-ong menyerang lebih gencar hingga Siao-liong-li tidak dapat melanjutkan ucapannya.
Dalam keadaan demikian, apa yang terpikir oleh Yo Ko dan Siao-liong-li menjadi berbeda sehingga daya tempur Giok- li-kiam-hoat sukar dikerahkan.
Yo Ko pikir bayi itu harus diterima dulu agar Siao-liong-li tidak terpencar perhatiannya, maki pelahan ia menggeser kesana, Siao - liong-li juga ingin menyerahkan bayi itu kepada Yo Ko, jadi kedua orang ada perpaduan pikiran, segera daya tempur ilmu pedang mereka bertambah kuat, Kim lun Hoat-ong terdesak mundur lagi.
Segera Siao - liong - li menyodorkan bayi itu kepada Nyo Ko dan baru saja anak muda itu mengulur tangan hendak menerimanya, sekonyong-konyong bayangan hitam berkelebat roda besi Hoat-ong menghitam ke badan bayi itu, Kuatir bayi itu terluka, Siao-liong-li lepaskan bayi itu, berbareng tangannya Iurus memutar ke atas untuk mencengkeram roda isi itu.
Samberan roda besi itu sangat keras, pula tepian cukup tajam, kalau orang lain pasti tidak berani menyentuhnya, tapi Siao-liong-li memakai sarung tangan buatan dari benang emas yang halus, sekalian pedang dan golok pusaka juga berani dipegangnya dan dipatahkan olehnya.
Maka waktu menempel roda musuh, sekapan ia tolak kesamping lalu dengan gerakan miring ia hentikan putaran roda.
Pada saat itu juga Yo Ko sudah dapat memondong bayi tadi dan berseru memuji demi menyaksikan Siao-liong-li merampas roda musuh, Kalau saja roda itu langsung menghantam Siao-liong-Ii tentu sukar dipegangnya tapi lantaran sasaran roda itu adalah si bayi, maka Siao-liong-li berhasil menangkapnya dari samping, Tampaknya inilah kelemahan permainan “panca-roda” Kim-lun Hcat-ong, Siao liong-li sangat senang karena dapat menangkap senjata lawan, tiba-tiba ia menirukan gaya permainan Hoat-ong, roda besi itu terus menghantam musuh, ia pikir biar “senjata makan tuannya”.
Hoat-ong menjadi kejut dan malu karena senjatanya terampas musuh, dengan sendirinya pula ii tidak dapat memainkan “panca roda” dengan begitu ia terus simpan kembali kedua roda yang lain, hanya dua roda saja yang dipegangnya untuk menyerang.
Sambil merangkul bayi itu, Yo Ko berseri kepada Siao-liong-li agar membinasakan dulu musuh gundul itu. Siao-liong-li mengiakan, segera mereka menyerang dengan sepasang pedang ditambah lagi roda rampasan.
Tak terduga, makin Iaraa daya serangan mereka bukanlah bertambah kuat, sebaliknya malal sering kacau, kerja sama terasa kurang “sreg”, keruan Siao-liong-li merasa bingung, ia tidak tahu apa sebabnya.
Ia lupa bahwa Giok-li-kiam-hoat itu memiliki daya tempur yang hebat adalah karena adanya perpaduan perasaan antara pasangan yang memainkan ilmu pedang itu. sekarang diantara sepasang pedang mereka bertambah lagi roda besi, hal ini menjadi seperti di antara sepasang kekasih telah di susupi oleh orang ketiga yang menimbulkan gangguan, dengan sendirinya paduan pikiran “menreka menjadi teralang dan kerja sama merekapun menjadi kacau.
Setelah beberapa jurus lagi dan terasa semakin payah, Siao-liong-li menjadi gelisah, katanya kepada Yo Ko: “Hari ini kita tak dapat mengalahkan dia, lekas kau membawa anak ini ke Coat-ceng-kok…”
Segera Yo Ko paham maksudnya, kalau sekarang juga
berangkat dengan kuda merah itu tentu dalam tujuh hari dapat mencapai Coat-ceng-kok, meski kepala Kwe Ceng dan Oey yong tak dapat di bawanya, tapi anak perempuan mereka yang dibawa ke sana, tentu Kwe Ceng dan isterinya akan segera menyusul ke sana dan Kiu Jian-jio dapat berusaha menuntut batas kepada mereka.
Dalam keadaan begitu mau tak-mau Kiu Jian-jio harus memberikan separoh obatnya kepada Yo Ko dan bila racun dalam tubuhnya sudah punah, kelak ia masih dapat berdaya untuk menyelamatkan anak bayi ini.
Usaha mengulur waktu ini rasanya dapat diterima oleh Kiu Jian-jio, sebab kalau Kwe Ceng dan Oey Yong datang kesana untuk mencari anaknya, dalam keadaan lumpuh dan ingin menuntut balas, mau-tak-maii Kiu Jian-jio mengharapkan bantuan Yo Ko, sebab itulah sisa obat yang masih ada itu betapapun harus diberikan kepada anak muda itu.
Jika hal ini terjadi dua hari yang lalu tentu tanpa ragu-ragu Yo Ko akan melaksanakannya, tapi sekarang dia benar-benar sangat kagum dan hormat kepada jiwa kepahlawanan Kwe ceng, sungguh ia tidak ingin membikin susah anak perempuan orang demi untuk kepentingannya sendiri, karena itulah ia menjadi ragu dan berkata: “Kokoh, urusan ini tidak boleh begitu…”
“Kau… kau…” belum lanjut ucapan Siao-liong li, “bret”, mendadak baju bahu kirinya ter-robek oleh roda emas Kim-lun Hoat ong.
“Jika kulakukan hal ini, sungguh aku malu terhadap Kwe-pepek,” kata Yo Ko pula. “Pula aku tidak sesuai lagi untuk menggunakan pedangku ini!” Sembari berkata iapun acungkan Kun-cu-kiam (pedang laki-laki sejati) ke atas.
Sudah tentu Siao-liong-li sama sekali tidak tahu bahwa jalan pikiran Yo Ko telah berubah mendadak segenap usahanya hanya ditujukan untuk menyelamatkan Yo Ko, sekarang mendengar anak muda itu segan kepada musuh
pembunuh ayahnya dan ingin menjadi laki-laki sejati, sejenak Siaoliong-li menjadi bingung.
Dan karena tiada kesatuan pikiran antara mereka, ilmu pedang yang mereka mainkan menjadi kurang baik, segera Hoat-ong melangkah maju, sikutnya lantas menyodok bahu kiri Yo Ko.
Betapa lihay tenaga Hoat-ong, keruan saja Yo Ko merasakan setengah tubuhnya kaku kesemutan, bayi yang dipondongnya itu terlepas dan jatuh. Padahal waktu itu mereka bertempur di atas rumah, langsung saja orok itu terbanting ke bawah.
Yo Ko dan Siao-liong-li menjerit kaget dan segera bermaksud melompat ke sana untuk menyelamatkan bayi itu, namun sudah terlambat.
Sementara itu dari percakapan Yo Ko berdua. Dapatlah Hoat-ong mengetahui bahwa bayi itu adalah anak Kwe Ceng dan Oey Yong, ia pikir bila Kwe Ceng tak dapat ditangkap, boleh juga anak perempuannya diculik untuk di jadikan sandera agar dia menyerah, dan sama saja suatu jasa besar bagiku?
Dalam pada itu keadaan bayi yang terjatuh ibawah itu tampaknya sangat berbahaya, cepat ia sambitkan roda emasnya ke sana, dengan tepat roda itu menyangah di bawah gurita bayi itu dan terus melayang ke sana satu meteran diatas permukaan tanah, bayi itu tersanggah di atas dengan antengnya.
Serentak tiga orang melompat turun buat berebut roda itu,
Tempat berdiri Yo Ko paling dekat. Ginkangnya juga tinggi, ia melihat roda itu makin melayang makin rendah, sebentar bagi pasti akan jatuh ke tanah. Cepat ia menubruk ka sana, badannya berguling maju roda bayi itu hendak dirangkulnya sekaligus agar bayi itu tidak terluka.
Ketika tangannya hendak meraih, mendadak roda emas Hoat-ong itu mengapung ke atas, sebuah tangan menjulur dari samping, roda emas itu terpegang dan bayi itupun diserobot lagi..
Waktu Yo Ko melompat bangun, sementara itu Hoat-ong dan Siao-liong-li juga sudah memburu tiba, “He, itulah Suciku!” seru Siao-liong-li.
Dari jubah orang yang berwarna kuning dan tangan lain membawa kebut, Yo Ko juga tidak sangsi lagi memang benar penyerobot bayi itu ia adalah Li Bok chiu. Mengingat watak Li Bok-chiu yang kejam, nasib bayi itu pasti celaka bila berada dalam cengkeraman iblis itu, tanpa pikir ia terus mengudak ke sana.
Siao-liong-li juga lantas berteriak-teriak. “Suci, Suci bayi itu besar artinya bagiku, untuk apa kau menyerobotnya?”
Li Bok-chiu tidak menoleh, dari jauh ia menjawab: “Hm, turun temurun ahli waris Ko-bong pay kita adalah perawan yang suci bersih, tapi anak saja sudah kau iahirkan, sungguh tidak tahu malu.”
“ltu bukan anakku, lekas kau kembalikan padaku” teriak Siao-liong-li.
Selagi dia hendak mengejar sekuat tcnaga, tiba-tiba sesosok bayangan melompat keluar dari samping sambil berseru: “Selamat bertemu pula, nona Liong!” Sama sekali Siao-liong-li tidak memandang siapa gerangan orang ini, sedikit mengegos segera ia bermaksud menyelinap lewat di sebelah orang.
Tapi orang itu telah mengulur kipasnya dan menutuk pelahan ke Koh-eng-hiat dibahunya sambil berseru: “Ah, masakah nona cantik bersikap dingin”
“Jangan merecoki aku!” bentak Siao-liong-li sambil menangkis dengan pedang dan tetap tidak memandang orang itu.
Kembali kipas orang itu menutuk lengannya katanya sambil tertawa: “Sungguh malang, mengharapkan pandangan mesra si cantik sekejap saja tak dapat kuperoleh.”
Sementara itu Li Bok-chiu, Hoat-ong dan Yo Ko sudah cukup jauh di depan, tampaknya sukar untuk menyusul mereka, baru sekarang Siao liong-li berpaling, kiranya orang yang mengadangnya dengan memegang kipas ini adalah pangeran Hotu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar